PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan, salah satu diantaranya ialah cacing perut yang ditularkan melalui tanah. Cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktifitas penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia. Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakit ini. (Kepmenkes No: 424/MENKES/SK/VI, 2006:1).
Infeksi cacing masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia. Dikatakan pula bahwa masyarakat pedesaan atau daerah perkotaan yang sangat padat dan kumuh merupakan sasaran yang mudah terkena infeksi cacing Di era globalisasi seperti saat ini suatu negara dituntut untuk dapat mengejar ketinggalan agar tidak tersisihkan dari persaingan global.
Infeksi cacing masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia. Dikatakan pula bahwa masyarakat pedesaan atau daerah perkotaan yang sangat padat dan kumuh merupakan sasaran yang mudah terkena infeksi cacing Di era globalisasi seperti saat ini suatu negara dituntut untuk dapat mengejar ketinggalan agar tidak tersisihkan dari persaingan global.
Karena hal tersebut pemerintah wajib untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, faktor yang sangat menentukan kemajuan suatu negara adalah faktor kesehatan masyarakatnya. Namun masih banyak hambatan untuk menyehatkan masyarakat salah satunya adalah masih tingginya kasus penyakit infeksi seperti penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing terutama yang ditularkan melalui tanah. Hal ini disebabkan oleh iklim tropis dan kelembaban udara yang tinggi serta kondisi sanitasi yang buruk dan beberapa kebiasaan yang berhubungan dengan kebudayan masyarakat.
B.Rumusan Masalah
- Diagnosa Parasit
- Obat-obat penenggulangan Parasit
- Cara Pencegahan Parasit
- Macam – macam Parasit
- Siklus hidup Parasit
- Gejala terkena Parasit
Memahami Pengertian Parasit, siklus hidup, cara penularan, penyebab dan bagaimana cara pengobatan penderita cacing pada umumnya. Serta berusaha sebaik mungkin untuk mencegah terinfeksi cacing Parasit.
D. Metode pengumpulan data
D. Metode pengumpulan data
Data-data penunjang makalah ini diperoleh dari buku-buku mikrobiologi yang menjelaskan tentang cacing serta dari Internet.
BAB II
PEMBAHASAN CACING
PEMBAHASAN CACING
I. Cacing Darah dan Jaringan
1. Wuchereria branchofti (filarial worm)
A.Klasifikasi
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Secernemtea
Ordo : Spirurida
Super famili : Onchocercidae
Genus : Wuchereria
Species : Wuchereria Bancrofti
B.Epidemiologi, distribusi geografis dan kondisi penyakit terkini
1. Wuchereria branchofti (filarial worm)
A.Klasifikasi
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Secernemtea
Ordo : Spirurida
Super famili : Onchocercidae
Genus : Wuchereria
Species : Wuchereria Bancrofti
B.Epidemiologi, distribusi geografis dan kondisi penyakit terkini
Parasit ini tersebar luas di daerah tropik dan subtropik, meluas jauh ke utara sampai ke Spanyol dan ke selatan sampai Brisbane, Australia. Di belahan Timur Dunia dapat ditemukan di Afrika, Asia, Jepang, Taiwan, Filipina, Indonesia dan kepulauan Pasifik selatan. Di belahan Barat Dunia di Hindia barat, Costa Rica dan sebelah utara Amerika Selatan. Penyakit ini di Amerika Selatan dimasukkan oleh budak belian dari Afrika melalui kota Charleston, Carolina Selatan, tetapi telah lenyap 40 tahun yang lalu. Frekuensi filariasis yang bersifat periodik, berhubungan dengan kepadatan penduduk dan kebersihan yang kurang, karena Culex quinquefasciatus sebagai vektor utama, terutama membiak di dalam air yang dikotori dengan air got dan bahan organik yang telah membusuk.
Di daerah Pasifik Selatan frekuensi filiariasis nonperiodik di daerah luar kota sama tingginya atau lebih tinggi daripada di desa-desa besar karena vector terpenting ialah Aedes polynesiensis, seekor nyamuk yang biasanya hidup di semak-semak. Frekuensi berbeda-beda menurut suku bangsa, umur dan kelamin, terutama berhubungan dengan faktor lingkungan. Orang Eropa, yang lebih terlindung terhadap nyamuk, mempunyai frekuensi lebih rendah daripada penduduk asli.
C.Morfologi
Cacing dewasa menyerupai benang, berwarna putih kekuning-kuningan. Cacing betina berukuran 90-100x0,25 mm ekor lurus dan ujungnya tumpul, didelfik dan uterusnya berpasangan (paired). Cacing jantan berukuran 35-40mmx0,1mm, ekor melingkar dan dilengkapi dua spikula.
Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria bersarung dan berukuran 250-300x7-8 mikron. Mikrofilaria terdapat di dalam darah dan paling sering ditemukan di aliran darah tepi, tetapi pada waktu tertentu saja. Pada umumnya mikrofilaria. Cacing ini mempunyai periodisitas nokturna karena mikrofilaria dalam darah tepi banyak ditemukan pada malam hari, sedangkan pada siang hari mikrofilaria terdapat di kapiler organ-organ visceral (jantung, ginjal, paru-paru dan sebagainya). Di daerah pasifik, mikrofilaria W. bancrofti mempunyai periodisitas subperiodik diurnal. Di Thailand terdapat mikrofilaria dengan periodisitas subperiodik nokturna.
Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria bersarung dan berukuran 250-300x7-8 mikron. Mikrofilaria terdapat di dalam darah dan paling sering ditemukan di aliran darah tepi, tetapi pada waktu tertentu saja. Pada umumnya mikrofilaria. Cacing ini mempunyai periodisitas nokturna karena mikrofilaria dalam darah tepi banyak ditemukan pada malam hari, sedangkan pada siang hari mikrofilaria terdapat di kapiler organ-organ visceral (jantung, ginjal, paru-paru dan sebagainya). Di daerah pasifik, mikrofilaria W. bancrofti mempunyai periodisitas subperiodik diurnal. Di Thailand terdapat mikrofilaria dengan periodisitas subperiodik nokturna.
D.Siklus hidup
Untuk melengkapi siklus hidupnya, W. bancrofti membutuhkan manusia (hospes definitif) dan nyamuk (hospes perantara). Nyamuk terinfeksi dengan menelan microfilaria yang terisap bersama-sama dengan darah. Di dalam lambung nyamuk, mikrofilaria melepaskan sarungnya dan berkembang menjadi stadium 1 (L-1), larva stadium 2 (L-2), dan larva stadium 3 (L-3) dalam otot toraks kepala. Larva stadium 1 (L-1) memiliki panjang 135-375 mikron, bentuk seperti sosis, ekor memanjang dan lancip, dan masa perkembangannya 0,5-5,5 hari (di toraks). Larva stadium 2 (L-2) memiliki panjang 310-1.370 mikron, bentuk gemuk dan lebih panjang daripada L-1, ekor pendek membentuk krucut, dan masa perkembangannya antara 6,5-9,5 hari (di toraks dan kepala). Larva stadium 3 (L-3) memiliki mobilitas yang cepat sekali, kadang-kadang ditemukan di probosis nyamuk sehingga larva ini bersifat infektif dan ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk.
E.Diagnosis
Diagnosis filariasis hasilnya lebih tepat bila didasarkan pada anamnesis yang berhubungan dengan vektor di daerah emdemis dan di konfirmasi dengan hasil pemeriksaan laboratorium. Bahan pemeriksaan adalah darah yang diambil pada malam hari. Sediaan darah tetes tebal yang diperoleh dari tersangka, langsung diperiksa dengan mikroskop untuk melihat adanya mikrofilaria yang masih bergerak aktif, sedangkan untuk menetapkan spesies filarial dilakukan dengan membuat sediaan darah tetes tebal dan halus tipis yang diwarnai dengan larutan Giemsa atau Wright.
F.Patologi dan gejala klinis
Kelainan dan perubahan patologis disebabkan oleh cacing dewasa maupun mikrofilaria. Cacing dewasa pada stadium akut menimbulkan limfadenitis dan limfangitis retrograde dan dalam waktu 10-15 tahun menjadi obstruktif. Microfilaria tidak mengakibatkan kelainan, namun dalam kondisi tertentu menyebabkan occult filariasis. Patogenesis filariasis bancrofti dibagi dalam tiga stadium, yaitu stadium mikrofilaremi, stadium akut, dan kronis. Ketiga stadium ini tidak menunjukkan batas-batas yang tegas karena prosesnya menjadi tumpang tindih.
G. Pencegahan, pengobatan dan pengendalian
Kelompok yang mudah terserang adalah umur dewasa muda, terutama yang status social ekonominya rendah. Obat DEC kurang baik untuk upaya pengendalian, oleh karena itu pencegahan bisa dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk. Preparat antinom dan arsen dapat membunuh mikrofilaria dalam darah bila pengobatan dilakukan dalam waktu yang lama. Obat pilihan yang sering digunakan adalah dietil karbamasin sitrat (DEC).
2.Brugia Malayi (Wuchereria)
A.KlasifikasiPhylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Secernemtea
Ordo : Spirurida
Super famili : Wuchereria
Genus : Brugia
Species : Brugia malayi dan Brugia timori
B.Epidemiologi, distribusi geografis dan kondisi penyakit terkini
Distribusi geografik yang luas daripada parasit ini meliputi Srilangka, Indonesia, Filipina, India Selatan, Asia, Tiongkok, Korea, dan suatu daerah kecil di jepang. Ini merupakan infeksi filarial yang predominan di India Selatan dan Srilangka. Daerah distribusinya sepanjang pantai yang datar, sesuai dengan tempat hospes serangga yang utama yaitu nyamuk Mansonia. Nyamuk ini banyak terdapat di daerah rendah dengan banyak kolam yang bertanaman Pistia, suatu tumbuhan air, penting untuk perindukan nyamuk tersebut di atas. Bila vektor penyakit adalah nyamuk Mansonia, maka penyakit itu terutama terdapat di daerah luar kota, tetapi bila vektornya adalah nyamuk Anopheles penyakit itu terdapat di daerah kota dan sekitarnya.
C.Morfologi
Cacing dewasa berbentuk silindrik seperti benang, berwarna putih kekuning-kuningan. Pada ujung anteriornya terdapat mulut tanpa bibir dan dilengkapi baris papilla 2 buah, baris luar 4 buah dan baris dalam 10 buah. Cacing betina berukuran 55x0,16 mm dengan ekor lurus, vulva mempunyai alur transversal dan langsung berhubungan dengan vagina membentuk saluran panjang. Cacing jantan berukuran 23x0,09 mm, ekor melingkar dan bagian ujungnya terdapat papilla 3-4 buah, dan di belakang anus terdapat sepotong papilla. Pada ujung ekor terdapat 4-6 papila kecil dan dua spikula yang panjangnya tidak sama.
Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria bersarung, panjangnya 177-230 mikron, letak tubuh kaku, panjang ruang kepala dua kali lebarnya, inti tubuh tidak teratur dan ekornya mempunyai 1-2 inti tambahan. Mikrofilaria ini terdapat dalam darah tepi. Periodisitas Brugia malayi ada yang nokturna, subperiodik nokturna, dan nonperiodik.
Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria bersarung, panjangnya 177-230 mikron, letak tubuh kaku, panjang ruang kepala dua kali lebarnya, inti tubuh tidak teratur dan ekornya mempunyai 1-2 inti tambahan. Mikrofilaria ini terdapat dalam darah tepi. Periodisitas Brugia malayi ada yang nokturna, subperiodik nokturna, dan nonperiodik.
D.Siklus hidup
Brugia malayi yang hidup pada manusia ditularkan oleh Anopheles barbirosrtis. Brugia Malayi yang hidup pada manusia dan mamalia lainnya ditularkan oleh Mansonia sp. Brugia timori, sedangkan yang hanya hidup pada manusia ditularkan oleh Anopheles barbirostris.
Kedua cacing ini mempunyai siklus hidup yang kompleks dan ukuran tubuh lebih pendek bila dibandingkan dengan ukuran tubuh Wuchereri bancrofti. Masa pertumbuhan larva di dalam tubuh vektor kira-kira 10 hari. Di sini larva mengalami pergantian kulit dan berkembang menjadi L-1, L-2, dan L-3. Pada manusia, masa pertumbuhan bisa mencapai 3 bulan. Pada tubuh manusia, perkembangan ke dua cacing ini mempunyai pola hidup yang sama seperti Wuchereria bancrofti.
Kedua cacing ini mempunyai siklus hidup yang kompleks dan ukuran tubuh lebih pendek bila dibandingkan dengan ukuran tubuh Wuchereri bancrofti. Masa pertumbuhan larva di dalam tubuh vektor kira-kira 10 hari. Di sini larva mengalami pergantian kulit dan berkembang menjadi L-1, L-2, dan L-3. Pada manusia, masa pertumbuhan bisa mencapai 3 bulan. Pada tubuh manusia, perkembangan ke dua cacing ini mempunyai pola hidup yang sama seperti Wuchereria bancrofti.
E.Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang dikonfirmasi dengan menemukan mikrofilaria dalam darah perifer. Pada stadium awal, belum ditemukan mikrofilaria dalam darah perifer. Untuk mengetahui potongan cacing dewasa, dapat dilakukan pemeriksaan dari bahan biopsi kelenjar limfe yang membengkak.
Untuk keperluan diagnosis, sekarang telah dikembangkan tes imunologik, tetapi masih dalam penelitian, terutama untuk meningkatkan kepekaan cara diagnosis ini.
Untuk keperluan diagnosis, sekarang telah dikembangkan tes imunologik, tetapi masih dalam penelitian, terutama untuk meningkatkan kepekaan cara diagnosis ini.
F.Patologi dan gejala klinis
Gejala filariasis brugia sama dengan filariasis bancrofti. Pathogenesis berlangsung berbulan-bulan, bahkan sampai bertahun-tahun setelah terjadi infeksi. Penderita sering tidak menunjukkan gejala yang nyata meskipun di dalam darahnya ditemukan mikrofilaria.
Pada stadium akut akan terjadi demam dan peradangan saluran maupun kelenjar limfe inguinal. Keadaan ini berlangsung 2-5 hari dan dapat sembuh sendiri walaupun tidak diobati. Peradangan kelenjar limfe dapat menimbullkan limfangitis retrograde. Peradangan pada saluran limfe tampak garis merah yang menjalar ke bawah dan bisa menjalar ke jaringan yang ada di sekitarnya. Pada stadium ini , tungkai bawah penderita membengkak dan mengalami limfedema. Limfedenitis lama-kelamaan menjadi bisul dan apabila pecah akan membentuk ulkus. Ulkus pada pangkal paha apabila sembuh akan meninggalkan bekas berupa jaringan parut. Hal ini merupakan satu-satunya objektif filariasis limfatik.
G.Pencegahan, pengobatan dan pengendalian
Dalam program pencegahan, harus diperhatikan hospes reservoir selain manusia. Cara pencegahan sama dengan filariasis bancrofti.
Obat yang dapat dipilih adalah dietilkarbamazin sitrat (DEC), namun efek sampingnya lebih berat jika dibandingkan untuk pengobatan filariasis brugia. Oleh karena itu, untuk pengobatan filariasis brugia dianjurkan dalam dosis rendah, tetapi waktu pengobatan dilakukan dalam waktu yang lebih lama.
Pada stadium akut akan terjadi demam dan peradangan saluran maupun kelenjar limfe inguinal. Keadaan ini berlangsung 2-5 hari dan dapat sembuh sendiri walaupun tidak diobati. Peradangan kelenjar limfe dapat menimbullkan limfangitis retrograde. Peradangan pada saluran limfe tampak garis merah yang menjalar ke bawah dan bisa menjalar ke jaringan yang ada di sekitarnya. Pada stadium ini , tungkai bawah penderita membengkak dan mengalami limfedema. Limfedenitis lama-kelamaan menjadi bisul dan apabila pecah akan membentuk ulkus. Ulkus pada pangkal paha apabila sembuh akan meninggalkan bekas berupa jaringan parut. Hal ini merupakan satu-satunya objektif filariasis limfatik.
G.Pencegahan, pengobatan dan pengendalian
Dalam program pencegahan, harus diperhatikan hospes reservoir selain manusia. Cara pencegahan sama dengan filariasis bancrofti.
Obat yang dapat dipilih adalah dietilkarbamazin sitrat (DEC), namun efek sampingnya lebih berat jika dibandingkan untuk pengobatan filariasis brugia. Oleh karena itu, untuk pengobatan filariasis brugia dianjurkan dalam dosis rendah, tetapi waktu pengobatan dilakukan dalam waktu yang lebih lama.
3.Dracunculus medinensis
A.Klasifikasi
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Onchocercidae
Ordo : Camallanidea
Super famili : Dracunculoidea
Genus : Dracunculus
Species : Dracunculus medinensis
B.Epidemiologi, distribusi geografis dan kondisi penyakit terkini
A.Klasifikasi
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Onchocercidae
Ordo : Camallanidea
Super famili : Dracunculoidea
Genus : Dracunculus
Species : Dracunculus medinensis
B.Epidemiologi, distribusi geografis dan kondisi penyakit terkini
Parasit terdapat pada manusia di Afrika Utara, Barat dan Tengah, di daerah barat daya Asia, timur laut Amerika Utara dan Tiongkok. Di India sebelah barat terdapat presentase tinggi dari penduduk kebanyakan berumur di bawah 20 tahun, telah terkena infeksi oleh air dari sumber air minum. Pada sumber ini tidak disediakan tali atau ember, tetapi orang masuk hingga lutut atau pergelangan kaki ke dalam air sambil mengisi tempat air mereka. Pada waktu itu cacing dewasa mengeluarkan larva-larvanya Cyclops yang mengandung parasit terambil dalam air.
C.Morfologi
Cacing dewasa berbentuk seperti tali, silindris .Betina : 500-1200 x 0,9-17 mm, usia sampai 12-18 bulan, Jantan : 12-29 x 0,4 mm ; ujung anterior membulat , posterior agak runcing & melengkung ke ventral.
D.Siklus hidup
Cacing dewasa hidup di dalam jaringan subkutis dan kulit, dan menjadi dewasa dalam 10 minggu. Seekor cacing betina dapat hidup sampai 12-18 bulan. Di dalam waktu kira-kira satu tahun cacing betina yang pindah ke jaringan subkutis tungkai, lengan, pundak dan tubuh bagian bawah yang banyak bersentuhan dengan air. Bila waktunya untuk mengeluarkan larva, bagian kepala cacing membentuk benjolan kecil pada kulit yang berindurasi, kemudian benjolan itu menjadi vesikel dan dapat menjadi ulkus. Bila permukaan ulkus terkena air maka lekuk uterus, yang telah menjulur keluar melalui bagian anterior cacingyang pecah, mengeluarkan larva yang dapat bergerak ke dalam air.
E.Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan bentuk luka setempat adanya cacing dan larva. Bentuk cacing di bawah kulit dapat dilihat dengan penyinaran cahaya. Cacing yang telah mengalami perkapuran dapat ditemukan tempatnya dengan pemeriksaan sinar Rontgen. Pengeluaran larva dapat dirangsang dengan mendinginkan daerah ulkus. Reaksi kulit, dengan memakai ekstrak cacing sebagai antigen, adalah positif pada kebanyakan penderita.
F.Patologi dan gejala klinis
Bila cacing tidak sampai pada kulit maka akan mati dan mengalami desintegrasi,diserap atau mengalami perkapuran. Adanya di dalam jaringan mesenterium dapat menerangkan gejala psedoperitoneal dan manifestasi alergi.
Bila cacing sampai pada permukaan tubuh dilepaskan zat toksin yang menimbulkan reaksi raang seempat sebagai vesikel streil angbeisi eksudat serosa. Cacing terdapat di dalam terowongan subkutis dengan bagian anterior di bawah lepuh yang mengandung cairan kuning jernih. Kelainan ini dapat tampak dengan adanya indurasi dan endema. Vesikel dapat timbul pada tiap tempat yang dapat memungkinkan keluarnya larva di dalam air, biasanya pada tungkai, pergelangan kaki dan di sela-sela jari kaki, dan sangat jarang pada lengan atau tubuh. Kontaminasi lepuh yang dapat menimbulkan abses, selulitis, ulkus yang besar dan nekrosis.
Gejala-gejala mulai tepat sebelum cacing sobek. Urtikaria, eritem, sesak nafas, muntah, gatal, pusing, merupakan gejala alergi. Gejala itu timbul biasanya pada waktu cacing sobek, tetapi kadang-kadang timbul lagi selama pengeluaran cacing. Dikarenakan zat-zat yang dikeluarkan cacing masuk ke dalam jaringan.
Bila cacing sampai pada permukaan tubuh dilepaskan zat toksin yang menimbulkan reaksi raang seempat sebagai vesikel streil angbeisi eksudat serosa. Cacing terdapat di dalam terowongan subkutis dengan bagian anterior di bawah lepuh yang mengandung cairan kuning jernih. Kelainan ini dapat tampak dengan adanya indurasi dan endema. Vesikel dapat timbul pada tiap tempat yang dapat memungkinkan keluarnya larva di dalam air, biasanya pada tungkai, pergelangan kaki dan di sela-sela jari kaki, dan sangat jarang pada lengan atau tubuh. Kontaminasi lepuh yang dapat menimbulkan abses, selulitis, ulkus yang besar dan nekrosis.
Gejala-gejala mulai tepat sebelum cacing sobek. Urtikaria, eritem, sesak nafas, muntah, gatal, pusing, merupakan gejala alergi. Gejala itu timbul biasanya pada waktu cacing sobek, tetapi kadang-kadang timbul lagi selama pengeluaran cacing. Dikarenakan zat-zat yang dikeluarkan cacing masuk ke dalam jaringan.
G.Pencegahan, pengobatan dan pengendalian
Pengobatan meliputi pengeluaran atau penghancuran cacing ini. Cara kuno dengan menggulung cacing pada sebatang kayu untuk mengelluarkannya beberapa sentimeter setiap hari masih dipakai di Asia dan Afrika. Dapat terjadi radang yang hebat dan pengelupasan jaringan bila cacing patah pada usaha tersebut. Lebih baik dilakukan operais dengan anestesi prokain, membuat insisi yang luas bila tempat cacing telah diketahui dengan sinar Rontgen dan suntikan kolargol.
Tiabendazol, sebanyak 50-100 mg/kg bb setiap hari untuk 1 hari telah dikemukakan member hasil baik terhadap Dracunculus. Niridazol (Ambilhar) 30 mg/kg, per ons setiap hari untk setiap hari, dapat menghilangkan cacing secara spontan atau memudahkan mengeluarkan secara manual. Gejala samping pengobatan ini tidak banyak atau tidak berat. Trimelarsan juga dapat dipakai dengan hasil yang baik.
Tiabendazol, sebanyak 50-100 mg/kg bb setiap hari untuk 1 hari telah dikemukakan member hasil baik terhadap Dracunculus. Niridazol (Ambilhar) 30 mg/kg, per ons setiap hari untk setiap hari, dapat menghilangkan cacing secara spontan atau memudahkan mengeluarkan secara manual. Gejala samping pengobatan ini tidak banyak atau tidak berat. Trimelarsan juga dapat dipakai dengan hasil yang baik.
4.Onchocerca voolvulus
A.Klasifikasi
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Onchocercidae
Ordo : Spirurida
Super famili : Filariodea
Genus : Onchocerca
Species : Onchocerca voolvulus
B.Epidemologi, Distribusi geografis dan Kondisi penyakit terkini
A.Klasifikasi
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Onchocercidae
Ordo : Spirurida
Super famili : Filariodea
Genus : Onchocerca
Species : Onchocerca voolvulus
B.Epidemologi, Distribusi geografis dan Kondisi penyakit terkini
Tempat perindukan vector (simulium) terdapat di daerah pegunungan yang mempunyai air sungai yang deras. Vektor ini pun jarang berpindah tempat melampaui 2-3 mil dari perairan. Manusia merupakan sumber infeksi tunggal. Lalat ini suka menggigit manusia di tempat perindukannya. Pada hari yang cerah lalat betina hanya menggigit pada waktu pagi dan sore hari, tetapi ditempat yang rindang atau bila langit berawan dia menggigit sepanjang hari. Infeksi yang menahun sering kali diakhiri dengan kebutaan. Kebutaan terjadi pada penduduk yang berdekatan dengan sungai, makin jauh dari sungai kebutaan makin kurang dan oleh karena itu penyakit ini dikenal dengan river blindness. Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan lalat simulium atau memakai pakaian tebal yang menutupi seluruh tubuh.
Parasit ini banyak ditemukan pada penduduk Afrika, dari pantai Barat Sierra Leone menyebar ke Republik Kongo, Anggola, Sudan sampai Afrika Timur. Di Amerika Tengah terbatas di dataran tinggi sepanjang sungai tempat perindukkan lalat Simulium. Di Ameraka Selatan terdapat di dataran tinggi Guatemala, dan bagian timur Venezuella.
Kondisi penyakit terkini ialah onkoserkosis, river blindness, blinding filariasis.
Parasit ini banyak ditemukan pada penduduk Afrika, dari pantai Barat Sierra Leone menyebar ke Republik Kongo, Anggola, Sudan sampai Afrika Timur. Di Amerika Tengah terbatas di dataran tinggi sepanjang sungai tempat perindukkan lalat Simulium. Di Ameraka Selatan terdapat di dataran tinggi Guatemala, dan bagian timur Venezuella.
Kondisi penyakit terkini ialah onkoserkosis, river blindness, blinding filariasis.
C.Morfologi
Cacing dewasa hidup dalam jaringan ikat; melingkat satu dengan yang lainnya seperti benang kusut dalam benjolan (tumor).Cacing betina berukuran 33,5-50 cm x 270-400 mikron dan cacing jantan 19 x 42 mm x 130 x 210 mikron. Bentuknya seperti kawat berwarna putih, opalesen dan transparan. Cacing betina yang gravid mengeluarkan mikrofilaria di dalam jaringan subkutan, kemudian microfilaria meninggalkan jaringan subkutan mencari jalan ke kulit.
D.Siklus hidup
Hospes perantara utama ialah lalat hitam genus simulium. Bila lalat simulium menusuk kulit dan menghisap darah manusia maka microfilaria akan terhisapoleh lalat, masuk kedalam otot toraks. Setelah 6-8 hari berganti kulit dua kali dan menjadi larva infektif. Larva infektif masuk ke dalam proboscis lalat dan dikeluarkan bila lalat menghisap darah manusia. Larva masuk lagi ke dalam jaringan ikat menjadi dewasa dalam tubuh hospes dan mengeluarkan microfilaria.
E.Diagnosis
Klinis : adanya nodul subkutan, hanging groin, kelainan kulit seperti kulit macan tutul ( leopard skin), atrofi kulit, kelainan pada mata berupa keratitis, limbitis, uveitis dan adanya mikrofilaria dalam kornea. Parasitologik : menemukan microfilaria atau cacing dewasa dalam benjolan subkutan.Diagnosis dibuat dengan menemukan mikrofilaria pada biopsi kulit yakni menyayat kulit (skin-snip) dengan pisau tajam atau pisau tajam kira-kira 2 – 5 mm bujur sangkar. Sayatan kulit dijepit dengan dua buah kaca obyek kemudian dipulas dengan Giemsa. Untuk menemukan cacing dewasa dapat dilakukan dengan mengeluarkan benjolan (tumor), microfilaria dapat ditemukan juga dalam benjolan.
Tes serologi sekarang sedang digalakkan untuk menunjang diagnosis onkoserkosis.Ultrasonografi nodul : untuk menentukan beratnya infeksi (worm burden).Pelacak DNA : menggunakan teknik multiplikasi DNA (polymerase Chain Reaction/PCR) dengan pelacak ONCHO-150 yang spesies spesifik.Mazotti test : dengan memberikan 50 mg DEC, kemudian diobservasi selama 1-24 jam untuk mengetahui adanya reaksi berupa gatal, erupsi kulit, limfadenopati dan demam.
F.Patologi dan gejala klinik
Ada dua macam proses patologi yang ditimbulkan oleh parasit ini, pertama oleh cacing dewasa yang hidup dalam jaringan ikat yang merangsang pembentukan serat-serat yang mengelilingi cacing dalam jaringan, kedua oleh microfilaria yang dikeluarkan oleh cacing betina dan ketika mikrofilaria beredar dalam jaringan menuju kulit. Pada umumnya lesi mengenai kulit dan mata. Kelainan yang disebabkan oleh cacing dewasa merupakan benjolan-benjolan yang dikenal sebagai onkoserkoma dalam jaringan subkutan. Ukuran benjolan bermacam-macam dari yang kecil sampai sebesar lemon. Letak benjolan biasanya diatas tonjolan-tonjolan tulang seperti pada skapula, iga, tengkorak, siku-siku, Krista iliaka lutut dan sakrum dan menyebabkan kelainan kosmetik. Kedua kelainan yang ditimbulkan oleh microfilaria lebih hebat daripada cacing dewasa karena microfilaria dapat menyerang mata dan menimbulkan gangguan pada saraf-saraf optic dan retina mata.
G.Pencegahan, pengobatan dan pengendalian
Pencegahan meliputi pengeluaran benjolan, meniadakan sumber infeksi, pemberantasan fektor dan melindungi orang yang suseptibel. Kombinasi pembedahan untuk mengeluarkan cacing dewasa dan menghancurkan microfilaria dengan dietilkarbamazin mengurangi daya infeksi pengandung. Selain itu dengan pemberantasan vector tergantung pada penghancuran larva didalam air dengan larvasida. Orang melindungi dirinya dengan pakaian penutup kepala dan “repellent”.
- Invermectin merupakan obat pilihan dengan dosis 150 ug/kg badan, diberikan satu atau dua kali pertahun pada pengobatan masal. Untuk pengobatan individu, diberikan pada dosis 100-150 ug/kg berat badan dan diulangi setiap dua minggu, bulan atau 3 bulan hingga mencapai dosis total 1,8 mg/kg berat badan.
- Suramin merupkan satu-satunya obat yang membunuh cacing dewasa O.volvulus teapi jarang dipakai karena penggunaanya yang relative sulit dan toksisitasnya tinggi.
II. Cacing Perut
a) Cacing tambang
a) Cacing tambang
Cacing tambang paling sering disebabkan oleh Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Cacing dewasa tinggal di usus halus bagian atas, sedangkan telurnya akan dikeluarkan bersama dengan kotoran manusia. Telur akan menetas menjadi larva di luar tubuh manusia, yang kemudian masuk kembali ke tubuh korban menembus kulit telapak kaki yang berjalan tanpa alas kaki. Larva akan berjalan jalan di dalam tubuh melalui peredaran darah yang akhirnya tiba di paru paru lalu dibatukan dan ditelan kembali. Gejala meliputi reaksi alergi lokal atau seluruh tubuh, anemia dan nyeri abdomen.
Hospes parasitini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan giginya melekat padamucosa usus. Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira- kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadilarva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40mi kron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel, larva rabditiform panjangnya kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filriform panjangnya kurang lebih 600 mikron. Setelah menembus kulit, larvaikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru.
Hospes parasitini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan giginya melekat padamucosa usus. Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira- kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadilarva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40mi kron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel, larva rabditiform panjangnya kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filriform panjangnya kurang lebih 600 mikron. Setelah menembus kulit, larvaikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru.
b) Cacing pita
Cacing pita adalah parasit manusia dan hewan ternak. Ada tiga jenis cacing pita yang menjadikan manusia sebagai inang antara maupun inang permanen:
- Cacing pita sapi (Taenia sagita)Taenia saginata adalah raksasa di antara semua cacing parasit. Panjang taenia saginata bisa mencapai 8 meter, hampir sepanjang saluran pencernaan manusia dewasa. Cacing pita ini berwarna putih pucat, tanpa mulut, tanpa anus dan tanpa saluran pencernaan. Badannya tidak berongga dan terdiri dari segmen-segmen berukuran 1X1,5 cm. Taenia saginata bisa hidup sampai 25 tahun di dalam usus inangnya.
- Cacing pita babi (Taenia solium)Taenia solium adalah kerabat dekat Taenia saginata yang memiliki siklus hidup hampir sama, namun inang perantaranya adalah babi. Manusia terinfeksi dengan memakan daging babi berisi kista Taenia solium. Cacing ini sedikit lebih kecil dari Taenia saginata (3-4 m panjangnya), tetapi lebih berbahaya. Berbeda dengan Taenia saginata yang hanya membentuk kista di daging sapi, Taenia solium juga mengembangkan kista di tubuh manusia yang menelan telurnya. Kista tersebut dapat terbentuk di mata, otak atau otot sehingga menyebabkan masalah serius. Selanjutnya, jika tubuh membunuh parasit itu, garam kalsium yang terbentuk di tempat mereka akan membentuk batu kecil di jaringan lunak yang juga mengganggu kesehatan.
- Cacing pita ikan, Infeksi Cacing Pita Ikan (Difilobatriasis) merupakan infeksi usus karena cacing pita dewasa Diphyllobothrium latum. Infeksi ini banyak ditemukan di Eropa (terutama Skandinavia), Jepang, Afrika, Amerika Selatan, Kanada dan Amerika (terutama Alaska dan daerah Great Lake). Infeksi sering terjadi akibat memakan ikan air tawar mentah atau dimasak belum matang betul.
- Cacing pita dewasa dinamakan Diphyllobothrium latum. Cacing dewasa memiliki beribu-ribu proglotid (bagian yang mengandung telur) dan panjangnya sampai 450-900 cm. Telurnya dikeluarkan dari proglotid di dalam usus dan dibuang melalui tinja. Telur akan mengeram dalam air tawar dan menghasilkan embrio, yang akan termakan oleh krustasea (binatang berkulit keras seperti udang, kepiting). Selanjutnya krustasea dimakan oleh ikan. Manusia terinfeksi bila memakan ikan air tawar terinfeksi yang mentah atau yang dimasak belum sampai matang.
- Cacing tanah, Cacing tanah adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok Oligochaeta, yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam filum Annelida. Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32 Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain. Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung.
- Cacing Filaria, Wuchereria bancrofti atau disebut juga Cacing Filaria adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Nemathelminthes. Bentuk cacing ini gilig memanjang, seperti benang maka disebut filaria. Pernahkah Anda mendengar penyakit kaki gajah (elephantiasis). Terlihat kaki penderita menjadi bengkak, mengapa hal tersebut dapat terjadi?, Cacing ini hidup pada pembuluh limfe di kaki. Jika terlalu banyak jumlahnya, dapat menyumbat aliran limfe sehingga kaki menjadi membengkak. Pada saat dewasa, cacing ini menghasilkan telur kemudian akan menetas menjadi anak cacing berukuran kecil yang disebut mikrofilaria. Selanjutnya, mikrofilaria beredar di dalam darah. Larva ini dapat berpindah ke peredaran darah kecil di bawah kulit. Jika pada waktu itu ada nyamuk yang menggigit, maka larva tersebut dapat menembus dinding usus nyamuk lalu masuk ke dalam otot dada nyamuk, kemudian setelah mengalami pertumbuhan, larva ini akan masuk ke alat penusuk. Jika nyamuk itu menggigit orang, maka orang itu akan tertular penyakit ini, demikian seterusnya.
- Cacing Pipih, Tubuhnya memipih badan berbentuk pita. Cacing ini simetris bilateral, mempunyai sisi kanan dan kiri, permukaan dorsal dan ventral, bagian anterior dan posterior. Tipe simetris semacam ini dikaitkan dengan gerakan yang aktif. Cacing pipih yang hidup di air tawar misalnya Plenaria, dapat bergerak cepat. Bila planaria berada pada permukaan substrat/tanah mengeluarkan lendir di bawah tubuhnya, dan bergerak maju di atas lendir ini menggerakkan silianya. Bila planaria berada di dalam air dapat berenang dengan cara menggerakkan tubuhnya seperti gelombang. Dengan demikian planaria dapat bergerak bebas sehingga dapat mencari makanan secara aktif.
- Cacing Kremi, Cacing yang memegang peranan disini adalah Enterobius vermikularis yang sering banget terjadi pada anak kecil. Cacing dewasa akan tinggal di usus besar. Cacing betina yang akan bertelur meninggalkan usus besar menuju anus yang merupakan tempat bertelur yang paling ideal. Saat inilah si anak akan menangis karena lubang anusnya gatal. Secara kasat mata, cacing ini akan terlihat sebesar parutan kelapa disekitar lubang anus. Transmisi cacing ini seperti halnya cacing perut masuk langsung melalui mulut baik dengan perantara makanan maupun dimasukan secara tidak sengaja oleh penderita yang habis menggaruk lubang anusnya yang gatal. Sehingga pada anak anak sering terjadi reinfeksi akibat tindakan itu.
- Cacing Cambuk, Cacing dewasa akan tinggal di usus bagian bawah dan melepaskan telurnya ke luar tubuh manusia bersama kotoran. Telur yang tertelan selanjutnya akan menetas di dalam usus halus dan hidup sampai dewasa disana. Gejala yang timbul pada penderita cacing cambuk antara lain nyeri abdomen, diare dan usus buntu.
- Cacing Gelang, Biasanya disebabkan oleh keluarga cacing Askaris lumbricoides yang merupakan cacing yang paling sering menginfeksi manusia. Cacing dewasa hidup di dalam usus manusia bagian atas, dan melepaskan telurnya di dalam kotoran manusia. Infeksi pada manusia terjadi melalui jalan makanan yang tercemar oleh kotoran yang mengandung telur cacing. Telur yang tertelan akan mengeluarkan larva. Larva ini akan menembus dinding usus masuk ke aliran darah yang akhirnya sampai ke paru paru lalu akan dibatukan keluar dan ditelan kembali ke usus. Penyulit yang timbul dari infeksi ini antara lain anemia, obstruksi saluran empedu, radang pankreas dan usus buntu.
- Cacing jantung, Cacing jantung atau nama ilmiahnya Dirofilaria immitis merupakan penyakit serius bagi anjing dan kucing dan sering kali membawa maut bila tak dirawat. Cacing yang disebar melalui vektor nyamuk Anopheles, tinggal di dalam arteri pulmonari menyebabkan kerusakan kepada jantung dan paru-paru.
Obat kelas avermectin digunakan secara meluas untuk mencegah penularan, tetapi American Heartworm Society memperkirakan sekitar 27 juta anjing di Amerika Serikat tidak dirawat.Kasus Dirofilaria immitis dijumpai di seluruh negara bagian di AS dan survey yang dilakukan oleh para dokter hewan pada 2002 melaporkan 244.000 kasus menunjukkan positif untuk uji cacing jantung (heartworm).
A. Siklus hidup cacing
a. Siklus hidup cacing tambang
a. Siklus hidup cacing tambang
Cacing tambang dewasa berada dalam usus kecil manusia, di mana mereka melekatkan diri di dinding usus dengan mulut mereka. Mereka makan darah dan menyebabkan perdarahan di usus yang ditempati.
Cacing betina memproduksi telur cacing, yang dikeluarkan lewat tinja. Jika tinja jatuh ke tanah, dan cuaca hangat, telur cacing akan menetas menjadi larva dalam waktu sekitar dua hari. Larva kemudian menjadi dewasa dalam seminggu, dan dapat bertahan untuk waktu yang lama jika kondisi mendukung. Larva yang mendapatkan kontak dengan kaki telanjang manusia akan menembus kulit kaki dan masuk ke paru-paru melalui sirkulasi darah. Larva kemudian bergerak ke saluran udara menuju tenggorokan dan tertelan. Mereka menuju ke usus kecil. Larva lalu melekat pada dinding usus dan berkembang menjadi cacing dewasa. Pada sekitar usia lima bulan, cacing mulai memproduksi telur. Infeksi cacing tambang biasanya tidak memberikan gejala spesifik. Anemia (kekurangan darah) dan keluhan terkait peradangan usus seperti mual, sakit perut dan diare adalah beberapa gejala yang mungkin timbul.
Cacing betina memproduksi telur cacing, yang dikeluarkan lewat tinja. Jika tinja jatuh ke tanah, dan cuaca hangat, telur cacing akan menetas menjadi larva dalam waktu sekitar dua hari. Larva kemudian menjadi dewasa dalam seminggu, dan dapat bertahan untuk waktu yang lama jika kondisi mendukung. Larva yang mendapatkan kontak dengan kaki telanjang manusia akan menembus kulit kaki dan masuk ke paru-paru melalui sirkulasi darah. Larva kemudian bergerak ke saluran udara menuju tenggorokan dan tertelan. Mereka menuju ke usus kecil. Larva lalu melekat pada dinding usus dan berkembang menjadi cacing dewasa. Pada sekitar usia lima bulan, cacing mulai memproduksi telur. Infeksi cacing tambang biasanya tidak memberikan gejala spesifik. Anemia (kekurangan darah) dan keluhan terkait peradangan usus seperti mual, sakit perut dan diare adalah beberapa gejala yang mungkin timbul.
b. Siklus hidup cacing kremi
Telur cacing kremi dapat menempel pada tangan Anda melalui kotoran manusia. Ketika tangan Anda yang tercemar masuk ke mulut Anda, telur dapat masuk ke dalam tubuh, menetas dalam usus kecil dan bergerak turun ke usus besar. Di sana cacing kremi melekat pada dinding usus dan makan. Ketika mereka siap bertelur, cacing pindah dan bertelur pada kulit berlipat di sekitar dubur. Saat itulah Anda mungkin curiga terkena cacingan karena merasakan gatal-gatal di sekitar anus (pruritus) yang biasanya lebih intens di malam hari. Dibutuhkan waktu sekitar satu bulan dari menelan telur cacing ke merasakan gatal-gatal di anus. Cacing kremi dewasa berukuran 3-10 mm sehingga bisa dilihat dengan mata telanjang. Telur cacing kremi dapat bertahan hidup hingga tiga minggu. Karena bentuknya yang sangat kecil, Anda tidak dapat melihatnya sehingga bisa tanpa sengaja tertulari ketika menggunakan baju, kasur, bantal, mainan anak, uang kertas, peralatan makan, atau peralatan mandi/toilet.
Untuk memastikan apakah gatal-gatal disebabkan oleh cacing kremi, Anda dapat meletakkan sepotong selotip di anus. Semua cacing atau telur akan menempel ke selotip. Lalu bawalah selotip itu ke dokter untuk diperiksa.
Untuk memastikan apakah gatal-gatal disebabkan oleh cacing kremi, Anda dapat meletakkan sepotong selotip di anus. Semua cacing atau telur akan menempel ke selotip. Lalu bawalah selotip itu ke dokter untuk diperiksa.
c. Siklus hidup cacing tanah
Cacing tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan bantuan sistem pertahanan mereka sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka selalu dapat menghadapi invasi mikroorganisme patogen di lingkungan mereka. Penelitian yang telah berlangsung selama sekitar 50 tahun menunjukkan bahwa cacing tanah memiliki kekebalan humoral dan selular mekanisme. Selain itu telah ditemukan bahwa cairan selom cacing tanah mengandung lebih dari 40 protein dan pameran beberapa aktivitas biologis sebagai berikut: cytolytic, proteolitik, antimikroba, hemolitik, hema glutinating, tumorolytic, dan kegiatan mitogenic. Cairan dari selom foetida Eisenia Andrei telah diteliti memiliki sebuah aktivitas antimikroba terhadap Aeromonas hydrophila dan Bacillus megaterium yang dikenal sebagai patogen cacing tanah Setelah itu diperoleh dua protein, bernama Fetidins, dari cairan selom cacing tanah dan menegaskan bahwa aktivitas antibakteri ini disebabkan karena fetidinsLumbricus rubellus juga memiliki dua agen antibakteri bernama Lumbricin 1 dan Lumbricin 2. Baru-baru ini, dua jenis faktor antibakteri yang mempunyai aktivitas seperti lisozim dengan aktivitas hemolitik serta pengenalan pola protein bernama selom cytolytic faktor (CCF) telah diidentifikasi dalam foetida Eisenia cacing tanah. Lysenin protein yang berbeda dan Eisenia foetida lysenin-seperti protein memiliki beberapa kegiatan yang diberikan cytolytic hemolitik, antibakteri dan membran-permeabilizing properti.
d. Siklus hidup cacing pita
Cacing pita Taenia dewasa hidup dalam usus manusia yang merupakan induk semang definitif. Segmen tubuh Taenia yang telah matang dan mengandung telur keluar secara aktif dari anus manusia atau secara pasif bersama-sama feses manusia. Bila inang definitif (manusia) maupun inang antara (sapi dan babi) menelan telur maka telur yang menetas akan mengeluarkan embrio (onchosphere) yang kemudian menembus dinding usus. Embrio cacing yang mengikuti sirkulasi darah limfe berangsur-angsur berkembang menjadi sistiserkosis yang infektif di dalam otot tertentu. Otot yang paling sering terserang sistiserkus yaitu jantung, diafragma, lidah, otot pengunyah, daerah esofagus, leher dan otot antar tulang rusuk.
Infeksi Taenia dikenal dengan istilah Taeniasis dan Sistiserkosis. Taeniasis adalah penyakit akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia yang dapat menular dari hewan ke manusia, maupun sebaliknya. Taeniasis pada manusia disebabkan oleh spesies Taenia solium atau dikenal dengan cacing pita babi. sementara Taenia saginata dikenal juga sebagai cacing pita sapi.
Infeksi Taenia dikenal dengan istilah Taeniasis dan Sistiserkosis. Taeniasis adalah penyakit akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia yang dapat menular dari hewan ke manusia, maupun sebaliknya. Taeniasis pada manusia disebabkan oleh spesies Taenia solium atau dikenal dengan cacing pita babi. sementara Taenia saginata dikenal juga sebagai cacing pita sapi.
e. Siklus hidup Taenia saginata
Cacing pita sapi memiliki siklus yang rumit dan berakhir pada manusia sebagai inang tetapnya. Cacing pita dewasa melepaskan telur-telurnya bersama segmen badannya. Segmen ini bila mengering di udara luar akan melepaskan telur-telur cacing yang dapat termakan oleh sapi saat merumput. Enzim pencernaan sapi membuat telur menetas dan melepaskan zigot yang kemudian menembus lapisan mukosa saluran pencernaan untuk memasuki sirkulasi darah. Dari pembuluh darah, zigot akan menetap di otot membentuk kista, seperti pada cacing cambuk. Bila daging sapi berisi kista tersebut dimakan manusia dalam keadaaan mentah atau setengah matang, enzim-enzim pencernaan akan memecah kista dan melepaskan larva cacing. Selanjutnya, larva cacing yang menempel di usus kecil akan berkembang hingga mencapai 5 meter dalam waktu tiga bulan. Selain masalah gizi, kehadiran cacing pita umumnya menyebabkan gejala perut ringan sampai sedang (mual, sakit, dll).
f. Siklus hidup cacing cambuk
Manusia terinfeksi karena memakan daging mentah atau setengah matang dari hewan yang terinfeksi, terutama babi, babi hutan, dan beruang. Larva lalu masuk ke usus kecil, menembus mukosa, dan menjadi dewasa dalam 6-8 hari. Cacing betina dewasa melepaskan larva yang bisa bertahan hidup sampai 6 minggu. Larva yang baru lahir bermigrasi melalui aliran darah dan jaringan tubuh, tetapi akhirnya hanya bertahan di sel otot rangka lurik. Larva mengkista (encyst) sepenuhnya dalam 1-2 bulan dan tetap hidup hingga beberapa tahun sebagai parasit intraselular. Larva yang mati akhirnya diserap kembali tubuh. Siklus ini terus berlanjut hanya jika larva mengkista dicerna oleh karnivora lain.
Gejala awal infeksi cacing cambuk termasuk edema, nyeri otot, dan demam.
Gejala awal infeksi cacing cambuk termasuk edema, nyeri otot, dan demam.
g. Siklus hidup cacing filaria
Cacing ini hidup pada pembuluh limfe di kaki. Jika terlalu banyak jumlahnya, dapat menyumbat aliran limfe sehingga kaki menjadi membengkak. Pada saat dewasa, cacing ini menghasilkan telur kemudian akan menetas menjadi anak cacing berukuran kecil yang disebut mikrofilaria. Selanjutnya, mikrofilaria beredar di dalam darah. Larva ini dapat berpindah ke peredaran darah kecil di bawah kulit. Jika pada waktu itu ada nyamuk yang menggigit, maka larva tersebut dapat menembus dinding usus nyamuk lalu masuk ke dalam otot dada nyamuk, kemudian setelah mengalami pertumbuhan, larva ini akan masuk ke alat penusuk. Jika nyamuk itu menggigit orang, maka orang itu akan tertular penyakit ini, demikian seterusnya.
h. Siklus hidup cacing pipih
Tubuh planaria terdiri dari tiga lapisan embrional. Lapisan terluar disebut ekstoderm, lapisan dalam disebut endoderm. Endoderm membatasi rongga gastrovaskuler. Diantara ekstoderm dan endoderm terdapat lapisan mesoderm. Mesoderm terdiri dari jaringan ikat yang longgar. Pada mesoderm terdapat organ-organ misalnya organ kelamin jantan dan betina.
Filum ini terdiri atas 6000 spesies yang digolongkan menjadi tiga kelas, yaitu :
1. kelas Cestoda
1. kelas Cestoda
Cestoda atau cacing pita juga hidup secara parasit. Cacing pita dewasa hidup di dalam usus inang dan menghisap sari makanan. Bentuk Cestoda seperti pita terdiri dari untaian progtogled masing progtogled hidup sendiri. Untaian progtogled dapat mencapai panjang lebih dari 30 meter.
Dalam siklus hidupnya sebagian besar cacing pita membutuhkan dua atau lebih inang. Kalau daging yang mengandung cacing pita tidak dimasak sempurna kemudian termakan oleh orang, maka orang tersebut akan terserang cacing pita. Cacing pita tidak memiliki alat pencernaan dan indra. Dalam evolusi mungkin hewan ini hasil perkembangan dari cacing pita yang hidup secara bebas. Dalam proses perkembangannya, alat pencernaan dan alat indera tidak lagi sesuai dengan cara hidup parasit.
2. kelas Turbellaria
Semua cacing berambut getar yang termasuk tubellaria hidup secara bebas. Sebagian besar hewan yang termasuk mempunyai susunan tubuh yang sederhana. Cacing-cacing ini dapat kita temukan pada tanah-tanah lembab dan juga di perairan baik asin maupun tawar.
3. kelas Trematoda
Semua anggota kelas ini hidup secara parasit. Cacing menghisap makanan dari inang dengan mempergunakan batil penghisap yang terdapat di permukaan ventral. Kebanyakan larva dari cacing ynag termasuk termatroda hidup secara parasit. Inang yang ditumpangi larva berbeda dengan inang yang ditumpangi cacing dewasa. Inang dari larva biasanya siput-siputan. Cacing hati merupakan parasit yang berbahaya bagi domba dan lembu. Schistosoma dan cacing paru-paru merupakan parasit yang berbahaya bagi manusia yang hidup di daerah tropis.
B. Gejala terkena cacing
Secara umum gejala yang terjadi apabila seseorang mengalami kecacingan adalah:
Pantat gatal, merupakan salah satu gejala untuk jenis cacing Enterobius vermicularis. Pada spesies cacing ini, indung cacing keluar dari lubang anus, biasanya di malam hari ketika kita tidur, dan meletakkan telurnya di daerah peri-anal (sekeliling anus). Dengan menggunakan selotip, contoh telur-telur dapat diambil dan dapat dilihat dengan bantuan mikroskop untuk diagnosa.
a) Cacing Tambang
Gejala klinik penyakit cacing tambang berupa anemia yang diakibatkan oleh kehilangan darah pada usus halus secara kronik. Jumlah darah yang hiIang setiap hari tergantung pada :
Dalam siklus hidupnya sebagian besar cacing pita membutuhkan dua atau lebih inang. Kalau daging yang mengandung cacing pita tidak dimasak sempurna kemudian termakan oleh orang, maka orang tersebut akan terserang cacing pita. Cacing pita tidak memiliki alat pencernaan dan indra. Dalam evolusi mungkin hewan ini hasil perkembangan dari cacing pita yang hidup secara bebas. Dalam proses perkembangannya, alat pencernaan dan alat indera tidak lagi sesuai dengan cara hidup parasit.
2. kelas Turbellaria
Semua cacing berambut getar yang termasuk tubellaria hidup secara bebas. Sebagian besar hewan yang termasuk mempunyai susunan tubuh yang sederhana. Cacing-cacing ini dapat kita temukan pada tanah-tanah lembab dan juga di perairan baik asin maupun tawar.
3. kelas Trematoda
Semua anggota kelas ini hidup secara parasit. Cacing menghisap makanan dari inang dengan mempergunakan batil penghisap yang terdapat di permukaan ventral. Kebanyakan larva dari cacing ynag termasuk termatroda hidup secara parasit. Inang yang ditumpangi larva berbeda dengan inang yang ditumpangi cacing dewasa. Inang dari larva biasanya siput-siputan. Cacing hati merupakan parasit yang berbahaya bagi domba dan lembu. Schistosoma dan cacing paru-paru merupakan parasit yang berbahaya bagi manusia yang hidup di daerah tropis.
B. Gejala terkena cacing
Secara umum gejala yang terjadi apabila seseorang mengalami kecacingan adalah:
Pantat gatal, merupakan salah satu gejala untuk jenis cacing Enterobius vermicularis. Pada spesies cacing ini, indung cacing keluar dari lubang anus, biasanya di malam hari ketika kita tidur, dan meletakkan telurnya di daerah peri-anal (sekeliling anus). Dengan menggunakan selotip, contoh telur-telur dapat diambil dan dapat dilihat dengan bantuan mikroskop untuk diagnosa.
a) Cacing Tambang
Gejala klinik penyakit cacing tambang berupa anemia yang diakibatkan oleh kehilangan darah pada usus halus secara kronik. Jumlah darah yang hiIang setiap hari tergantung pada :
- Jumlah cacing : terutama yang secara kebetulan melekat pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri.
- Species cacing : seekor A. Duodenale yang lebih besar daripada N. americanus mengisap 5x lebih banyak darah.
- Lamanya infeksi. Terjadinya anemia tergantung pada keseimbangan zat besi dan protein yang hilang dalam usus dan yang diserap dari makanan.
Penyakit cacing tambang menahun dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu :
Gejalanya berupa:
- Infeksi ringan dengan kehilangan darahyang dapat diatasi tanpa gejala, walaupun penderita mempunyai daya tahan yang menurun terhadap penyakit lain.
- Infeksi sedang dengan kehilangan darah yang tidak dapat dikompensasi dan penderita kekurangan gizi, mempunyai keluhan pencernaan, anemia, lemah, fisik dan mentaI kurang baik.
- Infeksi berat yang dapat menyebabkan keadaanfisik buruk dan payah jantung dengan segala akibatnya.
Gejalanya berupa:
- Rasa gatal hebat di sekitar anus
- Rewel (karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu)
- Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari ketika cacing betina dewasa bergerak ke daerah anus dan menyimpan telurnya di sana)
- Nafsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang terjadi, tetapi bisa terjadi pada infeksi yang berat)
- Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika cacing dewasa masuk ke dalam vagina)
- Kulit di sekitar anus menjadi lecet, kasar, atau terjadi infeksi (akibat penggarukan).
Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa. Pada stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda seperti demam, sesak napas, eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu. Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen.
d.Cacing pita
Cacing pita Taenia dapat menimbulkan penyakit yang disebut taeniasis dan sistiserkosis. Gejala klinis terbanyak yang dikeluhkan adalah:
* Pengeluaran segmen tubuh cacing dalam fesesnya (95%)
* Gatal-gatal pada anus (77%)
* Mual (46%)
* Pusing (42%)
* Peningkatan nafsu makan (30%)
* Sakit kepala (26%)
* Diare (18%)
* Lemah (17%)
* Merasa lapar (16%)
* Sembelit (11%)
* Penurunan berat badan (6%)
* Rasa tidak enak di lambung (5%)
* Letih (4%)
C.Diagnosa Cacing
a. Cacing Pita
* Gatal-gatal pada anus (77%)
* Mual (46%)
* Pusing (42%)
* Peningkatan nafsu makan (30%)
* Sakit kepala (26%)
* Diare (18%)
* Lemah (17%)
* Merasa lapar (16%)
* Sembelit (11%)
* Penurunan berat badan (6%)
* Rasa tidak enak di lambung (5%)
* Letih (4%)
C.Diagnosa Cacing
a. Cacing Pita
Pada infeksi cacing dewasa, telur bisa ditemukan disekeliling dubur atau di dalam tinja. Proglotid atau kepala cacing harus ditemukan di dalam tinja dan diperiksa dengan mikroskop untuk membedakannya dari cacing pita lainnya. Kista hidup di dalam jaringan (misalnya di otak) dan bisa dilihat dengan CT atau MRI. Kadang-kadang kista bisa ditemukan pada pemeriksaan laboratorium dari jaringan yang diambil dari bintil di kulit. Juga bisa dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap parasit.
b. Cacing Kremi
Cacing kremi dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus penderita, terutama dalam waktu 1-2 jam setelah anak tertidur pada malam hari. Cacing kremi berwarna putih dan setipis rambut, mereka aktif bergerak. Telur maupun cacingnya bisa didapat dengan cara menempelkan selotip di lipatan kulit di sekitar anus, pada pagi hari sebelum anak terbangun. Kemudian selotip tersebut ditempelkan pada kaca objek dan diperiksa dengan mikroskop.
E.Pengobatan cacing
a. Cacing kremi
a. Cacing kremi
Infeksi cacing kremi dapat disembuhkan melalui pemberian dosis tunggal obat anti-parasit mebendazole, albendazole atau pirantel pamoat. Seluruh anggota keluarga dalam satu rumah harus meminum obat tersebut karena infeksi ulang bisa menyebar dari satu orang kepada yang lainnya. Untuk mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau salep anti gatal ke daerah sekitar anus sebanyak 2-3 kali/hari. Meskipun telah diobati, sering terjadi infeksi ulang karena telur yang masih hidup terus dibuang ke dalam tinja selama seminggu setelah pengobatan. Pakaian, seprei dan mainan anak sebaiknya sering dicuci untuk memusnahkan telur cacing yang tersisa.
b. Cacing Gelang
Pengobatan askariasis dapat digunakan obat-obat sepreti pirantel pamoat, aspirin, paracetamol, decolgen. Pada umumnya, askariasis memiliki prognosis yang baik. Kesembuhan askariasis mencapai 700 hingga 999%.
c. Cacing Pita
Pengendalian cacing pita Taenia dapat dilakukan dengan memutuskan siklus hidupnya. Pemutusan siklus hidup cacing Taenia sebagai agen penyebab penyakit dapat dilakukan melalui diagnosa dini dan pengobatan terhadap penderita yang terinfeksi. Beberapa obat cacing yang dapat digunakan yaitu Atabrin, Librax dan Niclosamide dan Praziquantel. Sedangkan untuk mengobati sistiserkosis dapat digunakan Albendazole dan Dexamethasone. Untuk mengurangi kemungkinan infeksi oleh Taenia ke manusia maupun hewan diperlukan peningkatan daya tahan tubuh inang. Hal ini dapat dilakukan melalui vaksinasi pada ternak.
F.Cara pencegahan terkena cacing
Cacingan bisa dicegah dengan, cara :
Cacingan bisa dicegah dengan, cara :
- Mencuci badan, terutama tangan dan kaki dengan air dan sabun dengan bersih.
- Jika salah satu anggota keluarga terkena cacingan, maka semua orang di rumah harus dirawat.
- Seprai, handuk dan pakaian yang dipakai pada dua hari sebelumnya harus dicuci dengan dengan air hangat dan detergen.
- Hati-hati bila maka makanan mentah atau setengah matang terutama pada tempat-tempat dimana sanitasi masih kurang.
BAB III
BAHASAN PARASIT JAMUR
BAHASAN PARASIT JAMUR
A. Pengertian Jamur
Jamur dalam bahasa Indonesia sehari-hari mencakup beberapa hal yang agak berkaitan. Arti pertama adalah semua anggota kerajaan Fungi dan beberapa organisme yang pernah dianggap berkaitan, seperti jamur lendir dan "jamur belah" (Bacteria). Arti kedua berkaitan dengan sanitasi dan menjadi sinonim bagi kapang. Arti terakhir, yang akan dibahas dalam makalah yang kami susun ini, adalah tubuh buah yang lunak atau tebal dari sekelompok anggota Fungi (terutama Basidiomycetes) yang biasanya muncul dari permukaan tanah atau substrat tumbuhnya. Pengertian terakhir ini berkaitan dengan nilai ekonomi jamur sebagai bahan pangan, sumber racun atau bahan pengobatan.
B. Struktur Tubuh Jamur
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnya khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnya jamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik.Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik.Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.
C. Cara Makan dan Habitat Jamur
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Clntuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.
a.Parasit obligat
merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat Hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).
b.Parasit fakultatif
adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
c.Sporofit
merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur
saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa.
merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat Hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).
b.Parasit fakultatif
adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
c.Sporofit
merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur
saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa.
D. Pertumbuhan Dan Reproduksi Jamur
Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa.
Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis.
Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis.
E. Peranan Jamur
Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang merugikan maupun yang menguntungkan. Jamur yang menguntungkan meliputi berbagai jenis antara lain sebagai berikut.
- Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan berproteintinggi.
- Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan, yaitu dalam pembuatan tempe dan oncom.
- Khamir Saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam industri keju, roti, dan bir.
- Penicillium notatum berguna sebagai penghasil antibiotik.
- Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai dekomposer.
- Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit rebah semai.
- Phythophthora inf'estan menyebabkan penyakit pada daun tanaman kentang.
- Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air.
- Albugo merupakan parasit pada tanaman pertanian.
- Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada paru-paru manusia.
- Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada manusia.
Berapa jenis jamur yang dapat dimakan serta berapa jenis yang dapat dimakan tapi tidak membahayakan.
Jamur dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :
Jamur dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :
Jamur Yang Tidak Berbahaya
- Suung bulan, Supa barat jamur bulan (Gymnopus sp), Habitatnya :Merupakan jamur yang belum dibudidayakan, Hidup pada.musim penghujan terutama angin berhembus dari barat terutama hidup pada tegalan, kebun atau di pinggir rumah, Banyak ditemukan tumbuh di atas sarang rayap atau pada tanah yang kandungan organic tanahnya sangat baik, Ciri-ciri : tudung berwarna putih kekuning-kuningan atau kecoklat-coklatan dengan batang putih bersih.
- Supa kelapa, jamur bulat (Calvatia), Habitatnya : belum dibudidayakan, banyak ditemukan di lapangan terutama di bawah pohon kelapa. Ciri-ciri kalau masih muda tubuh buah berwarna putih kadang-kadang putih kekuning-kuningan, kalau sudah tua bagian dalamnya akan berubah menjadi serbuk yang dapat menghembus keluar kalau dipijit
- Jamur karang (Clavaria), Habitatnya :Belum dibudidayakan, banyak tumbuh di tanah yang berhumus, pada batang kayu yang sudah lapuk. Ciri-ciri :berbentuk seperti karang, berwama putih, putih kekuning-kuningan atau putih kebiruan.
- Amanita, Fly agaric, Supa upas terutama yang termasuk ke dalam jenis A. muscaria, A. umbrina, A. spissa, Habitatnya : tumbuh liar di hutan, tegalan dan pekarangan, ditemukan di antara jatuhan daun atau pada tanah humus, Ciri- ciri : tubuh buah seperti payung, dengan tudung berwarna merah, coklat tua, coklat muda sampai kuning dengan bintik-bintik putih. Racun yang terkandung digunakan untuk meracuni ujung tombak atau senjata tajam lainnya.
- Supa kakabu, bolet (Boletus), Habitatnya : tumbuh liar di hutan di antara jatuhan daun atau tanah berhumus, di pinggir kebun dan pekarangan rumah, Ciri-ciri :tubuh buah menyerupai payung, tudung tebal dan bulat, batang berwarna kecoklat-coklatan atau kehitam-hitaman serta tudung berwarna coklat tua, kuning, atau coklat kekuning-kuningan
- Supa rampak (Coprinus), Habitatnya: tumbuh liar di tempat penggilingan padi dan di bawah pohon pisang. Ciri-ciri :Apabila masih muda tudung berwarna putih atau putih kekuning-kuningan, putih kebiru-biruan atau putih gelap dan apabila sudah tua tudungnya cepat hancur dan mengeluarkan cairan yang berwarna biru atau violet
- Kortinarius (Cortinarius) Habitatnya: tumbuh liar, banyak ditemukan di tumpukan daun dan tanah yang berhumus.Ciri-ciri: tubuh buah berbentuk payung dengan batang berwarna putih kekuning-kuningan, putih kebiru-biruan atau putih gelap,tudung berwarna putih kecoklatan, violet, biru atau kuning.Spoiler for Cortinarius
- Laktarius (Lactarius) Habitatnya: tumbuh liar di hutan, kebun dan di pekarangan rumah. Ciri-ciri : tubuh buah berbentuk payung terbuka ke atas dan berbatang tebal berwarna coklat muda,kekuning-kuningan, coklat putih serta biru muda dengan bintik hitam atau garis-garis memanjang.tudung berwarna seperti batang, kadang-kadang disertai garis melingkar di atasnya.
- Lepiot (Lepiota), Habitatnya: tumbuh liar di mana-mana, Ciri-Ciri:bentuk seperti Amanita terletak pada warna tudung kecoklat-coklatan dan mempunyai sifat racun yang tinggi.
Keracunan yang diakibatkan makan jamur, yang mengandung racun muskarin mempunyai gejala-gejala: setelah 5-10 menit si penderita akan mengeluarkan air mata, peluh atau ludah, penyempitan pupil mata, sesak nafas, buang air, pusing, lemah, kollaps, koma, diikuti kejang-kejang, apabila tidak segera ditolong dapat menimbulkan kematian.Keracunan akibat racun yang lain, mempunyai gejala-gejala : setelah 4-6 jam si penderita akan menjadi haus.sakit perut, muntah-muntah dan berak encer, shock, apabila tidak segera ditolong dapat menimbulkan kematian.
Tanda-tanda umum jamur beracun:
Pada umumnya mempunyai warna yang menyolok,sepreti : merah darah, hitam legam, biru tua ataupun warna-warna lainnya. Menghasilkan bau yang menusuk hidung, seperti bau telur busuk (H2S) ataupun bau amoniak.
Mempunyai cincin atau cawan, akan tetapi ada juga jamur yang mempunyai cincin tetapi tidak beracun seperti jamur merang dan jamur kompos (mushroom).Umumya tumbuh pada tempat-tempat yang kotor seperti tempat pembuangan sampah dan kotoran hewan. Apabila jamur beracun tersebut dikerat dengan pisau yang terbuat dari perak maka pisau tersebut akan berwarna hitam atau biru. Apabila dimasak cepat sekali berubah warna, dari warna putih menjadi warna gelap. Senyawa beracun yang dihasilkan oleh jamur yaitu : Kholin, Muskarin, Falin, Atropin jamur dan Asam helvelar.
Tanda-tanda umum jamur beracun:
Pada umumnya mempunyai warna yang menyolok,sepreti : merah darah, hitam legam, biru tua ataupun warna-warna lainnya. Menghasilkan bau yang menusuk hidung, seperti bau telur busuk (H2S) ataupun bau amoniak.
Mempunyai cincin atau cawan, akan tetapi ada juga jamur yang mempunyai cincin tetapi tidak beracun seperti jamur merang dan jamur kompos (mushroom).Umumya tumbuh pada tempat-tempat yang kotor seperti tempat pembuangan sampah dan kotoran hewan. Apabila jamur beracun tersebut dikerat dengan pisau yang terbuat dari perak maka pisau tersebut akan berwarna hitam atau biru. Apabila dimasak cepat sekali berubah warna, dari warna putih menjadi warna gelap. Senyawa beracun yang dihasilkan oleh jamur yaitu : Kholin, Muskarin, Falin, Atropin jamur dan Asam helvelar.
H. Manfaat Jamur
Jamur telah digunakan selama ribuan tahun, baik sebagai makanan maupun obat herbal. Studi-studi menunjukkan bahwa jamur bisa meningkatkan produksi dan aktivitas sel-sel darah putih. Dan hal ini, menurut direktur Institute of Herbal Medicine Douglas Schar, sangat baik untuk melawan infeksi. Berikut beberapa manfaat lain dari jamur,yaitu
- Menurunkan berat badan. Jamur mengandung sekitar 80-90 persen air dengan kandungan kalori rendah. Selain itu, jamur juga mengandung sangat sedikit sodium dan lemak, dan 8-10 persen dari komponen kering jamur adalah serat. Karena itu, makanan satu ini sangat ideal bagi Anda yang sedang mengikuti program pengontrolan berat badan atau diet untuk mengontrol hipertensi.
- Sumber kalium. Jamur kaya kalium, mineral yang membantu menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko stroke. Satu jamur portabella ukuran sedang dinyatakan mengandung lebih banyak kalium dibandingkan sebuah pisang atau segelas jus jeruk. Satu takar jamur juga menyediakan 20-40 persen ajuran tembaga harian Anda. Tembaga merupakan mineral yang mengandung komponen pelindung jantung.
- Lawan radikal bebas. Jamur kaya akan riboflamin, niacin, dan selenium. Selenium merupakan antioksidan yang bekerja dengan vitamin E untuk melindungi sel-sel dari kerusakan akibat radikal bebas.
- Kurangi risiko kanker prostat. Selain melawan radikal bebas, kandungan selenium dalam jamur juga membantu mencegah kanker prostat. Baltimore study yang mempelajari penuaan menemukan, mereka yang mengonsumsi selenium dengan dosis dua kali lipat dari anjuran harian berisiko 65 persen lebih rendah mengalami kanker prostat. Laki-laki dengan kadar selenium terendah berisiko empat hingga lima kali lebih besar mengalami kanker prostat dibandingkan mereka yang memiliki kadar selenium tertinggi dalam darah.
- Cegah kanker payudara. Jamur kancing mengandung komponen yang berfungsi menghambat aktivitas aromatase (enzim yang terlibat dalam produksi estrogen) dan 5-alpha-reductase (enzim yang berfungsi mengubah testosteron menjadi DHT). Temuan terbaru menunjukkan bahwa jamur kancing bisa mengurangi risiko kanker payudara dan kanker prostat. Ekstrak jamur kancing mengurangi perbanyakan sel dan memperkecil ukuran tumor. Efek kemoterapi ini bisa dilihat dengan asupan sekitar 100 gram jamur per hari. Atasi flu. Di China dan Jepang, jamur shiitake telah digunakan selama berabad-abad untuk mengatasi demam dan flu. Lentinan, yang diisolasi dari batang jamur shiitake, dinyatakan menstimulasi sistem kekebalan tubuh, membantu melawan infeksi, dan menunjukkan aktivitas anti tumor.
BAB IV
BAHASAN PARASIT MALARIA
BAHASAN PARASIT MALARIA
A. Pengertian
Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. penyakit menular ini sangat dominan di daerah tropis dan sub-tropis atau kawasan tropika yang biasa namun apabila diabaikan dapat menjadi penyakit yang serius. Parasit penyebab malaria seperti malaria jenis Plasmodium falciparum merupakan malaria tropika yang sering menyebabkan kematian. Ia adalah suatu protozoa yang dipindahkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina terutama pada waktu terbit dan terbenam matahari.
Setidaknya 270 juta penduduk dunia menderita malaria dan lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya tidak kurang dari 1 hingga 2 juta penduduk meninggal karena penyakit yang disebarluaskan nyamuk Anopheles. Penyakit malaria juga dapat diakibatkan karena perubahan lingkungan sekitar seperti adanya Pemanasan global yang terjadi saat ini mengakibatkan penyebaran penyakit parasitik yang ditularkan melalui nyamuk dan serangga lainnya semakin mengganas. Perubahan temperatur, kelembaban nisbi, dan curah hujan yang ekstrim mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur sehingga vector sebagai penular penyakit pun bertambah dan sebagai dampak muncul berbagai penyakit, diantaranya demam berdarah dan malaria.
B. Penyebab Penyakit Malaria
Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah manusia. Bibit penyakit tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang disebut Plasmodium. Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan perantara nyamuk anopheles, plasmodium masuk ke dalam darah manusia dan berkembang biak dengan membelah diri.
Ada empat macam plasmodium yang menyebabkan malaria:
- Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa menimbulkan kematian.
- Vivax, penyebab malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan sulit kambuh.
- Malaria, penyebab malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak banyak ditemukan.
- Ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di Indonesia. Penyebab lain terjadinya penyakit malaria, yaitu Parasit malaria, Nyamuk Anopheles, Manusia yang rentan terhadap infeksi malaria, Lingkungan, dan Iklim.
Penularan penyakit malaria dari orang yang sakit kepada orang sehat, sebagian besar melalui gigitan nyamuk. Bibit penyakit malaria dalam darah manusia dapat terhisap oleh nyamuk, berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, dan ditularkan kembali kepada orang sehat yang digigit nyamuk tersebut. Jenis-jenis vektor (perantara) malaria yaitu: Anopheles Sundaicus, nyamuk perantara malaria di daerah pantai, Anopheles Aconitus, nyamuk perantara malaria daerah persawahan, Anopheles Maculatus, nyamuk perantara malaria daerah perkebunan, kehutanan dan pegunungan, Penularan yang lain adalah melalui transfusi darah. Namun kemungkinannya sangat kecil.
D. Tanda-tanda Terjadinya Penyakit Malaria
Tanda-tanda yang terjadi pada penyakit malaria dimulai dengan dingin dan sering sakit kepala. Penderita menggigil atau gemetar selama 15 menit sampai satu jam. Dingin diikuti demam dengan suhu 40 derajat atau lebih. Penderita lemah, kulitnya kemerahan dan menggigau. Demam berakhir serelah beberapa jam. Penderita mulai berkeringat dan suhunya menurun. Setelah serangan itu berakhir, penderita merasa lemah tetapi keadaannya tidak mengkhawatirkan
E. Gejala Klinis dan Masa Inkubasi Malaria
Keluhan dan tanda klinis, merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosa malaria. Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/ strain Plasmodium imunitas tubuh dan jumlah parasit yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya infeksi sampai timbulnya gejala klinis dikenal sebagai waktu inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah disebut periode prepaten.
a. Gejala klinis
Gejala klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium (trias malaria), yaitu:
Gejala klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium (trias malaria), yaitu:
- Periode dingin. Mulai dari menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus diri dengan selimut dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
- Periode panas. Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih diikuti dengan keadaan berkeringat.
- Periode berkeringat. Mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, lelah, dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melaksanakan pekerjaan seperti biasa. Di daerah dengan tingkat endemisitas malaria tinggi, sering kali orang dewasa tidak menunjukkan gejala klinis meskipun darahnya mengandung parasit malaria. Hal ini merupakan imunitas yang terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang. Limpa penderita biasanya membesar pada serangan pertama yang berat/ setelah beberapa kali serangan dalam waktu yang lama. Bila dilakukan pengobatan secara baik maka limpa akan berangsur-berangsur mengecil. Keluhan pertama malaria adalah demam, menggigil, dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Untuk penderita tersangka malaria berat, dapat disertai satu atau lebih gejala berikut: gangguan kesadaran dalam berbagai derajat, kejang-kejang, panas sangat tinggi, mata atau tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan, nafas cepat, muntah terus-menerus, tidak dapat makan minum, warna air seni seperti the tua sampai kehitaman serta jumlah air seni kurang sampai tidak ada.
b. Masa inkubasi
Masa inkubasi dapat terjadi pada :
Masa inkubasi dapat terjadi pada :
- Masa inkubasi pada manusia (intrinsik), Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing Plasmodium. Masa inkubasi pada inokulasi darah lebih pendek dari infeksi sporozoid. Secara umum masa inkubasi Plasmodium falsiparum adalah 9 sampai 14 hari, Plasmodium vivax adalah 12 sampai 17 hari, Plasmodium ovale adalah 16 sampai 18 hari, sedangkan Plasmodium malariae bisa 18 sampai 40 hari. Infeksi melalui transfusi darah, masa inkubasinya tergantung pada jumlah parasit yang masuk dan biasanya bisa sampai kira-kira 2 bulan.
- Masa inkubasi pada nyamuk (ekstrinsik), Setelah darah masuk kedalam usus nyamuk maka protein eritrosit akan dicerna oeleh enzim tripsin kemudian oleh enzim aminopeptidase dan selanjutnya karboksipeptidase, sedangkan komponen karbohidrat akan dicerna oleh glikosidase. Gametosit yang matang dalam darah akan segera keluar dari eritrosit selanjutnya akan mengalami proses pematangan dalam usus nyamuk untuk menjadi gamet (melalui fase gametogenesis). Adapun masa inkubasi atau lamanya stadium sporogoni pada nyamuk adalah Plasmodium vivax 8-10 hari, Plasmodium palsifarum 9-10 hari, Plasmodium ovale 12-14 hari dan Plasmodium malariae 14-16 hari.
Sebagaimana penyakit pada umumnya, diagnosis malaria didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (Plasmodium) di dalam darah penderita. Manifestasi klinis demam seringkali tidak khas dan menyerupai penyakit infeksi lain (demam dengue, demam tifoid) sehingga menyulitkan para klinisi untuk mendiagnosis malaria dengan mengandalkan pengamatan manifestasi klinis saja, untuk itu diperlukan pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang diagnosis sedini mungkin. Secara garis besar pemeriksaan laboratorium malaria digolongkan menjadi dua kelompok yaitu pemeriksaan mikroskopis dan uji imunoserologis untuk mendeteksi adanya antigen spesifik atau antibody spesifik terhadap Plasmodium.
Namun yang dijadikan standar emas (gold standard) pemeriksaan laboratorium malaria adalah metode mikroskopis untuk menemukan parasit Plasmodium di dalam darah tepi. Uji imunoserologis dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi dimana pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dilakukan. Sebagai diagnosa banding penyakit malaria ini adalah demam tifoid, demam dengue, ISPA. Demam tinggi, atau infeksi virus akut lainnya.
G.Bahaya Penyakit Malaria
- Rasa sakit yang ditimbulkan sangat menyiksa si penderita
- Tubuh yang sangat lemah, sehingga tidak dapat bekerja seperti biasa
- Dapat menimbulkan kematian pada anak-anak dan bayi
- Perkembangan otak bisa terganggu pada anak-anak dan bayi, sehingga menyebabkan kebodohan.
Pemeriksaan dengan mikroskop cahaya Pewarnaan mikroskopik dengan pewarnaan giemsa sampai saat ini masih merupakan baku emas pemeriksaan malaria. Walaupun demikian hasil pembacaannya hannya dapat dipercaya jika dilakukan oleh seorang yang berpengalaman. Selain untuk menegakan diagnosis, pemeriksaan mikroskopik dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan hal ini tidak dapat diterapkan dengan uji cepat malaria maupun teknik PCR. Kekurangannya adalah subjektivitas pemeriksa, terutama dalam hal mendiagnosis infeksi campuran atau infeksi dalam jumlah parasit yang rendah. Selain itu pada infeksi P.falciparum yang stadium lanjutnya berada di kapiler alat dalam (sekuestrasi), parasit tersebut sulit ditemukan dalam darah tepi hingga memerlukan pemeriksaan serial darah ( 3 kali dalam 48 jam ) untuk memastikan ada tidaknya parasit.
Konsentrasi parasit malaria dalam darah cukup merata sehingga pengambilan darah rutin dapat dilakukan pada ujung jari atau tumit kaki (pada bayi). Morfologi parasit yang optimal dapat dilihat dengan membuat sediaan darah yang diwarnai giemsa yang diambil dari ujung jari segera. Akhir – akhir ini darah vena dengan antikoagulan lebih sering digunakan sebagai bahan pemeriksaan. Hal yang harus diperhatikan adalah jumlah darah yang diambil harus sesuai dengan volume antikoagulannya. Jika digunakan tabung komersial yang berisis antikoagulan maka tabung tersebut harus diisi penuh dengan darah penderita (sesuai dengan batasnya ). Hal tersebut untuk menghindari ketidaktepatan rasio darah dan antikoagulan yang dapat mempengaruhi morfologi parasit malaria.
Jika pembuatan sediaan darah yang mengandung antikoagulan dilakukan 24 jam setelah pengambilan darah maka jumlah parasit dapat berkurang sampai 50% dan morfologi parasit sudah berubah. Oleh karena itu, sangat penting untuk segera (< 1jam) membuat sediaan darah tipis dan tebal dari darah dengan antikoagulan tersebut. Bahkan jika dilakukan setelah 6 jam pengambilan darah jumlah parasit mulai berkurang.
Morfologi malaria terlihat optimal pada sediaan darah tipis yang diwarnai giemsa, tetapi sensitifitasnya rendah. Dengan menggunakan sediaan darah tebalsensitivitas sediaan darah mikroskopik akan meningkat sampai 10 kali disbanding sediaan darah tipis. Hal ini yang perlu diperhatikan adalah lamanya pewarnaan yang optimal, yaitu 30 menit dengan giemsa 3 %. Pewarnaan cepat dengan giemsa yang lebih tinggi tidak dianjurkan, karena jika jumlah parasit rendah dalam darah, sering kali parasit yang ada tidak terwarnai. Prinsip : mewarnai apusan darah menggunakan pewarna giemsa agar sel eritrosit yang terinfeksi parasit mlaria dapat terlihat kelainan morfologinya.
Konsentrasi parasit malaria dalam darah cukup merata sehingga pengambilan darah rutin dapat dilakukan pada ujung jari atau tumit kaki (pada bayi). Morfologi parasit yang optimal dapat dilihat dengan membuat sediaan darah yang diwarnai giemsa yang diambil dari ujung jari segera. Akhir – akhir ini darah vena dengan antikoagulan lebih sering digunakan sebagai bahan pemeriksaan. Hal yang harus diperhatikan adalah jumlah darah yang diambil harus sesuai dengan volume antikoagulannya. Jika digunakan tabung komersial yang berisis antikoagulan maka tabung tersebut harus diisi penuh dengan darah penderita (sesuai dengan batasnya ). Hal tersebut untuk menghindari ketidaktepatan rasio darah dan antikoagulan yang dapat mempengaruhi morfologi parasit malaria.
Jika pembuatan sediaan darah yang mengandung antikoagulan dilakukan 24 jam setelah pengambilan darah maka jumlah parasit dapat berkurang sampai 50% dan morfologi parasit sudah berubah. Oleh karena itu, sangat penting untuk segera (< 1jam) membuat sediaan darah tipis dan tebal dari darah dengan antikoagulan tersebut. Bahkan jika dilakukan setelah 6 jam pengambilan darah jumlah parasit mulai berkurang.
Morfologi malaria terlihat optimal pada sediaan darah tipis yang diwarnai giemsa, tetapi sensitifitasnya rendah. Dengan menggunakan sediaan darah tebalsensitivitas sediaan darah mikroskopik akan meningkat sampai 10 kali disbanding sediaan darah tipis. Hal ini yang perlu diperhatikan adalah lamanya pewarnaan yang optimal, yaitu 30 menit dengan giemsa 3 %. Pewarnaan cepat dengan giemsa yang lebih tinggi tidak dianjurkan, karena jika jumlah parasit rendah dalam darah, sering kali parasit yang ada tidak terwarnai. Prinsip : mewarnai apusan darah menggunakan pewarna giemsa agar sel eritrosit yang terinfeksi parasit mlaria dapat terlihat kelainan morfologinya.
I. Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Malaria
Memutus rantai penularan dengan memilih mata rantai yang paling lemah. Mata rantai tersebut adalah penderita dan nyamuk malaria. Seluruh penderita yang memiliki tanda-tanda malaria diberi pengobatan pendahuluan dengan tujuan untuk menghilangkan rasa sakit dan mencegah penularan selama 10 hari. Bagi penderita yang dinyatakan positif menderita malaria setelah diuji di laboratorium, akan diberi pengobatan secara sempurna. Bagi orang-orang yang akan masuk ke daerah endemis malaria seperti para calon transmigran, perlu diberi obat pencegahan.
Obat - obat anti malaria, diantaranya :
- Klorokuin, Klorokuin adalah bentuk sintetik 4-aminokuinolin, diproduksi dalam bentuk garam fosfat untuk pemberian secara oral. Ekskresi klorokuin melalui urin dengan mas paruh 3-5 hari, namun waktu paruh eliminasi terminal mencapai 1-2 bulan. Klorokuin bersifat skizontosida darah yang sangat efektif untuk semua jenis plasmodium pafa manusia dan gametosida terhadap P.vivax, P.ovale dan P.malariae. Mekanisme kerja klorokuin adalah menghambat polimerisasi produk sisa hemoglobin (heme) menjadi hemozoin di dalam vakuol pencernaan parasit sehingga menghilangkan toksisitas parasit karena pembentukan heme bebas.
- Kina dan Kuinidin, Kina mulai dipakai sebagai OAM sejak tahun 1632. Obat ini merupakan alkaloid kinkona yang dibuat dari ekstrak pohon kinkona di Amerika Selatan. Kuinidin adalah dekstrorotatori stereoisomer dari kina. Mekanisme kerja kina sebagai OAM belum sepenuhnya dipahami, diduga menghambat detoksifikasi heme parasit dalam vakuola makanan.
- Proguanil, Proguanil adalah suatu biguanid yang dimetabolisme dalam tubuh (melalui enzim CYP2C19) menjadi bentuk aktif sikloguanil. Sikloguanil menghambat pembentukan asam folat dan asam nukleat, bersifat skizontosida darah yang bekera lambat, skizontosida jaringan terhadap P.falcifarum, P.vivax, P.ovale, dan sporontosida.
- Tetrasiklin, Tetrasiklin bersifat skizontosida darah untuk semua spesies plasmodium yang bekerja lambat, skizontosida jaringan untuk P.falcifarum.
- Klindamisin, Obat ini menghambat fase awal sintesis protein. Klindamisin bersifat skizontosida darah yang bekerjalambat terhadap P.falciparum dan harus diberikan dalam kombinasi dengan OAM lain seperti kina atau klorokuin.
- Usahakan tidur dengan kelambu, memberi kawat kasa, memakai obat nyamuk bakar, menyemprot ruang tidur, dan tindakan lain untuk mencegah nyamuk berkembang di rumah.
- Usaha pengobatan pencegahan secara berkala, terutama di daerah endemis malaria.
- Menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan ruang tidur, semak-semak sekitar rumah, genangan air, dan kandang-kandang ternak.
- Memperbanyak jumlah ternak seperti sapi, kerbau, kambing, kelinci dengan menempatkan mereka di luar rumah di dekat tempat nyamuk bertelur.
- Memelihara ikan pada air yang tergenang, seperti kolam, sawah dan parit. Atau dengan memberi sedikit minyak pada air yang tergenang.
- Menanam padi secara serempak atau diselingi dengan tanaman kering atau pengeringan sawah secara berkala
- Menyemprot rumah dengan DDT.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nematoda yang hidup sebagai parasit di dalam darah dan jaringan dapat dibagi menjadi 3 golongan : Cacing filaria dan cacing dracunculus, invansi larva migrans di dalam kulit; jaringan di bawah kulit dan alat-alat dalam oleh larva nematoda dan, parasit yang jarang terdapat, di dalam jaringan hati, ginjal, paru-paru, mata dan subkis.
Nematoda jaringan dan darah diklasifikasikan menjadi Wuchereria branchofti (filarial worm), Brugia (Wuchereria) malayi, Dracunculus medinensis, Onchocerca voolvulus, Loa – loa, Mansonella ozzardi.
Apabila parasit ini masuk ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan penyakit yang serius misal Wuchereria branchofti penyakit filariasis bancrofti yang berasal dari vekto nyamuk culek, aedes, dan anopheles; Brugia (Wuchereria) malayi penyakit filariasis malayi berasal dari vektor nyamuk anopheles ; Dracunculus medinensis penyakit ular ganas dari Israel berasal dari vektor (tetapi belu jelas diketahui hospes perantaranya) Onchocerca voolvulus penyakit Onchocerciasis berasal dari vektor lalat dari genus simulium ; Loa –loa penyakit loaiasis, calabar swelling berasal dari vektor lalat hitam;Mansonella ozzardi penyakit filaria ozzarddi berasal dari vektor culicoides.
Nematoda jaringan dan darah diklasifikasikan menjadi Wuchereria branchofti (filarial worm), Brugia (Wuchereria) malayi, Dracunculus medinensis, Onchocerca voolvulus, Loa – loa, Mansonella ozzardi.
Apabila parasit ini masuk ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan penyakit yang serius misal Wuchereria branchofti penyakit filariasis bancrofti yang berasal dari vekto nyamuk culek, aedes, dan anopheles; Brugia (Wuchereria) malayi penyakit filariasis malayi berasal dari vektor nyamuk anopheles ; Dracunculus medinensis penyakit ular ganas dari Israel berasal dari vektor (tetapi belu jelas diketahui hospes perantaranya) Onchocerca voolvulus penyakit Onchocerciasis berasal dari vektor lalat dari genus simulium ; Loa –loa penyakit loaiasis, calabar swelling berasal dari vektor lalat hitam;Mansonella ozzardi penyakit filaria ozzarddi berasal dari vektor culicoides.
B. Saran
- Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan daging ikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuciber sih dengan air.
- Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
- Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar.
- Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.
- Bila sudah terjadi infeksi cacing tambang maka penderita harus segera di beri obat cacingan atau segera di bawa ke dokter untuk tindakan lebih lanjut.
11 Comments
obat herbal batuk
Obat Kanker Mata pada Anak 5 Tahun
Tips Mengobati Batu Ginjal Tanpa Operasi
Obat Kejang dan Demam pada Anak
Ciri Awal Gejala Kanker Payudara
Pengobatan Alergi Gatal pada Kulit
Cara Tradisional Untuk Sehatkan Mata Hingga Tua
Tips Cara Mengobati Batuk Pada Bayi Dan Balita
Tips Mencegah Naiknya Asam Lambung
Ramuan Alami untuk Redakan Asam Lambung Tinggi
Bunga Sepatu untuk Turunkan Darah Tinggi
Kiat-kiat Cara Terhindar Dari Penyakit Asam Lambung
Tanda Gejala Penyakit Gagal Jantung
9 Ramuan Manjur Dalam Mengatasi Penyakit Hepatitis
Cara Menghilangkan Keputihan Tanpa Obat Kimia
Kenapa Teripang Dijadikan Obat?
Meningkatkan Kecerdasan Calon Bayi dengan Musik
Khasiat Buah Merah Papua Bagi Kesehatan
Divonis Kanker Getah Bening, Ini Reaksi Aldi Taher dan Istri
working hard in support of his web site, because here every stuff is quality based
information.
Tips Mengatasi Stretch Mark
Pertolongan Pertama Turunkan Demam
Obat Benjolan Lemak Alami
Ciri Ciri Pneumonia Pada Anak Balita
Cara Mengobati Infeksi Radang Panggul